Kamis, Mei 07, 2009

Memacu Kreativitas Anak

Setiap orang tua tentu ingin buah hatinya tumbuh menjadi sosok yang sehat, cerdas, dan kreatif, tak terkecuali Anda. Namun, mengembangkan kreativitas anak ternyata bukan hal mudah untuk dilakukan. Diperlukan pengertian dan keterlibatan langsung Anda dalam prosesnya.

Para ahli menyimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat 3 ciri dominan yang dimiliki oleh anak kreatif: Spontan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan tertarik pada hal-hal baru. Setiap anak memiliki kemampuan dasar kreativitas tersebut sejak dini, hanya saja perkembangannya tidak sama pada masing-masing anak. Perkembangan kreativitas anak ini tergantung pada berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pola pengasuhan, dan pengaruh lingkungan.

Sebagai orang tua, Anda tentu memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain dan bersuka cita, dimana mereka belum memikirkan tanggung jawab seperti orang dewasa. Bermain akan mempermudah anak memupuk unsur-unsur kreativitas, seperti rasa ingin tahu, daya khayal/imajinasi, dan coba-coba. Lewat permainan, tingkat kreativitas anak akan dipacu melalui daya khayalnya. Ini akan membuatnya mampu melihat gambaran dan wawasan baru.

Anda hendaknya menyadari keunikan setiap anak sebagai individu sekaligus menerima kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengembangkan kreativitas anak, Anda harus mampu menelusuri bakat dan minatnya, mendorong, menghargai, dan menanamkan kepercayaan diri sekaligus terlibat dalam proses kreativitas anak.

Menyembunyikan hal-hal baru dari anak serta berkomunikasi dalam suasana tegang dan tidak menyenangkan, akan menghambat kreativitas anak. Kecenderungan lebih menghargai hasil daripada prosesnya dan menilai kreasi anak dengan perspektif Anda juga termasuk hal-hal yang dapat menghilangkan kreativitas anak Anda.

Gangguan terhadap kreativitas anak ternyata juga bukan melulu kesalahan orang tua. Sistem pendidikan di sekolah juga ikut berpengaruh. Kebanyakan sekolah menerapkan sistem pendidikan satu arah yang lebih mengutamakan IQ (kecerdasan intelektual). Dengan sistem pendidikan seperti ini, tingkat kreativitas dan kecerdasan emosional seringkali diabaikan.

Anda dapat membantu memacu kreativitas anak dengan memperhatikan beberapa hal seperti berikut :

1. Berikan anak ruang dan kebebasan untuk bermain dan bereksplorasi.
2. Biarkan anak memilih sendiri media permainannya, jangan terlalu diatur.
3. Kenalkan anak pada orang lain, budaya, pengalaman, dan cara berpikir yang berbeda dari kebiasaannya.
4. Biarkan anak merasa tenang, nyaman, dan menikmati proses kreativitasnya tanpa Anda terlalu turun tangan mengaturnya.
5. Orang tua yang terlalu berlebihan memberikan berbagai hal kepada anak cenderung memiliki anak yang kurang kreatif. Ciptakan lingkungan yang terbuka dan menerima anak apa adanya.
6. Dukung pertumbuhan kreativitas anak Anda dengan memberikan nutrisi tepat yang sesuai dengan perkembangannya. Karena kekurangan atau kelebihan gizi akan menghambat proses kreativitas anak

Sumber

www.sahabatnestle.co.id & www.sehatgroup.web.id

Membaca Pikiran Si Kecil

Polah dan tingkah balita memang menggemaskan. Perilakunya sehari-hari kerap menambah warna kehidupan Anda. Tak jarang kelakuannya membuat Anda tertawa geli. Namun, tahukah Anda bahwa ternyata dalam setiap perilaku balita terkandung makna di dalamnya?
1.Gemar Main Petak Umpet

Balita kesayangan Anda senang sekali main petak umpet. Setiap Anda membuka pintu rumah saat pulang kantor, ia pasti sudah ngumpet dan meminta dicari-cari. Ketika Anda menemukannya, ia pun tertawa kegirangan. Petak umpet pun menjadi kegiatan khusus setiap kali Anda pulang kantor.

Ada manfaat menarik di balik kegemarannya itu. Mark Strauss, PhD, psikolog perkembangan anak dan direktur University of Pittsburgh's Infant and Toddler Development Center mengungkapkan bahwa permainan petak umpet merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan sosialnya. Balita sangat gembira ketika menyadari bahwa orang yang tidak terlihat dalam pandangannya ternyata tidak menghilang selamanya. Mereka bisa mengambil inisiatif untuk mencari dan menemukan sendiri 'barang hilang' tersebut.

Yang Bisa Anda Lakukan:
Anda dapat mengajarkan balita Anda konsep ruang lewat permainan ini. Misalnya, ketika mencarinya ucapkan: "Kevin ada di bawah meja, ya?" atau "Nova ada di belakang lemari nggak?".
2. Senang Bertanya "Kenapa?"



Sejak ia mulai pandai bicara, kata "mengapa" atau "kenapa" seperti menjadi favoritnya. Misalnya, ketika Anda mengungkapkan bahwa bunga mawar berwarna merah, ia pasti menimpali: "Kenapa merah?" dan Anda pun harus menjelaskan pertanyaannya itu sampai ia puas dengan jawaban Anda.

Perilaku ini menunjukkan bahwa anak Anda perlahan-lahan mulai mengembangkan konsep abstrak di otaknya. Ia penasaran ingin mengetahui arti di balik semua hal. Tak heran bila semua yang dilihatnya akan menimbulkan pertanyaan di kepalanya.

Yang Bisa Anda Lakukan:
Reaksi Anda terhadap semua pertanyaannya tersebut akan mempengaruhi rasa keingintahuannya dan hasratnya terhadap ilmu pengetahuan. Jawablah semua pertanyaannya dengan sebaik-baiknya. Hindari menjawab asal-asalan.

Tunjukkan buku-buku ilmu pengetahuan untuk anak-anak sembari menjawab pertanyaannya. Jika ia punya banyak pertanyaan tentang alam, misalnya, ajak ia jalan-jalan ke kebun binatang untuk menunjukkan bagaimana alam bekerja.
3. Senang 'Membaca' Buku Yang Sama Berulang-ulang



Si kecil senang sekali pada satu buku dan akan 'dibaca'nya berulang-ulang. Tak bosan-bosannya ia meminta Anda untuk membaca buku dan menceritakan adegan yang sama hampir setiap hari.

Mary Hynes-Berry, Ph.D, pengajar pada Erikson Institute for Early Childhood, buku memperkenalkan balita dengan kata-kata baru. Mereka membutuhkan waktu untuk menghubungkan antara gambar dan cerita yang mereka dengar. Maka, balita membutuhkan 'membaca' berulang-ulang. Mungkin ketika Anda sudah bosan membacakan buku itu pada si kecil, justru pada saat itu ia sudah mulai memahami isi cerita buku itu.

Yang Dapat Anda Lakukan:
Anda dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan kemampuan berbahasa si kecil. Pasalnya, pada usia ini kemampuan berbahasa sedang berkembang dengan pesat. Pada usia 1,5-2 tahun, si kecil sudah bisa menunjukkan dan menyebutkan nama dari bagian-bagian tubuh. Dan, pada usia yang sama ia mulai bisa menunjukkan gambar dan nama-nama binatang. Tunjukkan pada si kecil buku-buku yang cocok dengan kemampuannya itu.
4. Selalu Minta Digendong



Balita Anda sudah pandai jalan sendiri. Tubuhnya sudah besar dan terlalu berat untuk digendong dalam waktu lama. Namun, ia kerap merengek minta digendong.

Bila si kecil kerap melakukan hal ini, walaupun ia tidak dalam keadaan lelah, bisa berarti ia merasa dirinya tidak aman. Hal ini kerap terjadi pada balita yang baru masuk pendidikan pra sekolah. Sejalan dengan perkembangannya memiliki independensi, balita juga mengalami perasaan takut karena harus berpisah sementara dengan orang tuanya.

Yang Bisa Dilakukan:
Cari waktu untuk menjalin ikatan lebih dalam berdua saja dengan balita Anda. Bacakan buku, bercakap-cakap, atau melakukan permainan lebih lama dari biasanya. Peluk si kecil lebih sering dari biasanya.

Ketika ia meminta digendong, beri pengertian pada si kecil bahwa Anda sedang tak bisa menggendongnya. Namun kemudian tawarkan alternatif lain misalnya menggenggam tangannya, duduk di baby stroller atau mendorong baby stroller yang berisi boneka kesayangannya. Cara ini mengajarkan si kecil bahwa ia sudah besar dan tak perlu lagi digendong seperti bayi.
Sumber (sahabat nesle):
1.Jana Murphy, The Secret Lives of Toddlers (2004)
2.www.nlm.nih.gov/medlineplus/infantandtoddlerdevelopment.html
3.www.zerotothree.org/faq/attention.html
4.www.raisingkids.co.uk/dev/dev.asp
5.www.sehatgroup.web.id

Kapankah Anakku akan Mulai Bicara?

Entah sudah berapa sering saya mendapat pertanyaan di atas, sepanjang perjalanan karir saya selama 20 tahun sebagai ahli patologi bahasa. Sepertinya, para orangtua menunggu munculnya kemampuan berbahasa pada anak-anak mereka seperti menunggu sebuah angkutan umum. Mereka merasa tidak memiliki kontrol untuk mengetahui kapan kemampuan itu akan muncul. Namun justru sebetulnya, kemampuan berbahasa pada anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya.

Secara umum, di'rumus'kan bahwa seorang anak akan mengucapkan kata pertamanya antara usia 10 sampai dengan 18 bulan. Tidak ada tabel waktu yang bisa secara persis menyatakan kapan seorang anak akan bicara. Cukup banyak anak yang mulai berbicara di usia lebih dari 18 bulan dan masih terus mengembangkan kemampuan berbahasanya, terutama dalam hal percakapan. Kita juga sering luput mengamati, bahwa anak anak-anak yang bicara dengan orang tertentu, tetapi tidak dengan yang lainnya. Nah, ketika pada usia ke-2 anak terlihat tidak menggunakan kata-kata dalam bermain dan memenuhi kebutuhan / keinginannya, maka kita harus teliti menelaah bagaimana kemampuannya dalam pra-berbahasa.

Oleh karena itu, pertanyaan yang harus diajukan sebenarnya adalah ; "Apa yang dibutuhkan dan harus dilakukan oleh seorang anak sebelum ia bisa bicara dan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi?"

Dari pengalaman bertahun-tahun mewawancarai para orangtua, saya bisa membuat kesimpulan bahwa kebanyakan orangtua menganggap kemampuan anak berbahasa muncul secara otomatis, seperti halnya tumbuhnya rambut, bertambahnya berat badan dll, tanpa harus ada bantuan khusus dari orangtua, anggota keluarga maupun orang yang sehari-hari berhubungan dengan si anak.

Jadi apabila Anda cemas bahwa anak Anda terlambat bicara, saya harap Anda tidak berpikir bahwa kemampuan bahasanya akan tumbuh sendiri tanpa bantuan Anda, seperti halnya tubuhnya yang tumbuh dan berkembang tanpa bantuan Anda

Untuk dapat mengembangkan kemampuannya bicara dan berbahasa, Anak Anda perlu memiliki beberapa kebiasaan yang kita, orang dewasa tak pernah pikirkan sebagai kebiasaan yang dibutuhkan untuk dapat berbicara. Kebiasaan tersebut
antara lain adalah bermain dengan orang lain, bermain secara bermakna dengan benda-benda yang ada, meniru, bergiliran / bergantian, melakukan interaksi (timbal balik), berkomunikasi secara non-verbal, dan menikmati hubungan dengan orang lain.

Seringkali orangtua membawa anaknya yang berusia 3,4,5,6 tahun atau lebih untuk menemui saya dengan keluhan bahwa mereka belum bisa bicara atau kalaupun bicara hanya bicara sendiri saja. Para orangtua ini biasanya merasa bahwa mereka sudah melakukan segala hal yang bisa mereka lakukan, dari mulai mengajak bermain sampai mengajarkan bicara, sebagaimana mereka melakukannya dengan anak-anak mereka yang lainnya. Tetapi karena segala cara itu tak juga berhasil, maka mereka menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anak mereka tersebut.

Beberapa keluhan dari para orangtua yang lazim saya temui adalah :

* "Anakku tidak bermain seperti halnya anak lain bermain"
* "Dia jarang memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya"
* "Ia tidak tertarik pada hal-hal baru"
* "Apa yang dia lakukan, pasti dilakukannya berulang-ulang"
* "Dia mendapatkan apa yang dibutuhkannya dengan cara menuntun kami ke hal yang dia inginkan atau dengan membuat suara-suara yang tidak jelas"
* "Anakku tidak menikmati kebersamaan dengan orang lain jika tanpa kegiatan"
* "Anakku lebih senang menyendiri"
* "Ia tidak mempedulikan orang lain"
* "Dia tidak bisa bermain bersama dengan sesamanya"

Semua keluhan di atas menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan dari pada orangtuanya mengenai anak-anaknya yang belum berbicara.

Jadi, apa jawaban dari pertanyaan "Kapan Anakku Akan Bicara?" Dari pengalaman saya mengikuti perkembangan kemampuan berkomunikasi anak-anak dilebih dari 500 keluarga, maka jawabannya adalah -Ketika anak-anak itu sudah mengembangkan hubungan dengan orang-orang yang masuk ke dalam dunia mereka dan menjadi mitra mereka yang memiliki laju kecepatan sama dengan mereka.

Saya sudah berkali-kali mengatakan kepada para orangtua untuk berhenti berharap Anaknya dapat sekonyong-konyong bicara. Sebaliknya, saya meminta mereka untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri dan mereka akan menemukan betapa besar kekuatan yang mereka miliki untuk membantu anak mereka bicara. Tujuan utama saya adalah mengajarkan para orangtua apa yang anak mereka butuhkan sebelum bicara dan yang sama pentingnya, mengjarkan mereka cara-cara ALAMI untuk mengubah diri mereka sehingga anak bisa lebih banyak belajar BERSAMA dengan mereka.

Sekarang saya akan mengingatkan Anda tentang beberapa hal penting yang Anda dan anak Anda dapat lakukan secara rutin. Hal ini telah membantu anak-anak lain mempersiapkan diri mereka untuk bicara. Perhatikanlah, ketika Anda membaca daftar di bawah ini Anda mungkin akan mengatakan dua hal; Pertama, bahwa Anda dan anak anda telah melakukan hal-hal tersebut. Mungkin sajapernyataan Anda itu benar, tetapi mungkin saat melakukannya, anak Anda belum siap menjadikannya suatu kebiasaan rutin. Kedua, anda mungkin mengatakan bahwa hal-hal ini dilakukan hanya oleh anak-anak usia bayi, sementara anda merasa bahwa anak anda sudah besar, lalu anda tidak merasa ingin melakukan hal-hal seperti itu lagi. Jika itu pernyataan Anda, maka jawaban saya adalah bahwa anak, dalam usia berapapun, dapat belajar mengenai hal-hal yang mereka tidak pernah pelajari sebelumnya, asalkan mereka memiliki mitra yang antusias mendukung dan melakukan kegiatan itu bersama-sama dengan mereka.

Lihatlah daftar di bawah ini, lalu dengan menggunakan skala 1 sampai 5 (1=tidak pernah, 3=jarang, 5=rutin dilakukan) tulislah berapa sering hal ini dilakukan
YANG PERLU DILAKUKAN OLEH ANAK

* Sering bermain dengan orang lain
* Bermain dengan benda-benda secara bermakna (telpon2an, masak2an, minum teh,mengendarai mobil dll)
* Menirukan tingkah laku dan bunyi-bunyian orang lain
* Bergiliran / bergantian
* Berinteraksi dengan orang lain, secara berkala semakin lama jangka waktunya Menggunakan bahasa tubuh dan bunyi- bunyian dalam berkomunikasi
* Aktif terlibat dalam permainan dengan orang lain dan menikmatinya Menunjukkan minatnya terhadap hal-hal yang baru


YANG PERLU ANDA LAKUKAN

* Sering bermain, sesering anak Anda
* Menyamai gerak-gerik dan cara komunikasi anak
* Menunggu - memberi waktu kepada anak untuk melakukan gilirannya dalam berinteraksi
* Menunjukkan kepada anak, langkah selanjutnya
* Bergiliran dan membiarkan giliran anak lebih lama dibanding Anda
* Merespon terhadap setiap gerakan dan bunyi yang dibuat anak, sekecil apapun itu
* Menjadikan permainan sebagai suatu hal yang menyenangkan dan bukan sebagai pelajaran / keharusan

Dr. James MacDonald & sehatgroup.web.id

TAK USAH CEMAS DENGAN KEBIASAANNYA MENGISAP JARI

Wajar, kok, bayi mengisap jari karena hal itu memang kebutuhannya. Justru menunjukkan si bayi sehat dan normal.

Setiap bayi pasti akan mengisap jari. Terlebih pada bayi baru lahir hingga usia 3 bulan,mengisap jari acap kali dilakukan. Hal ini menunjukkan si bayi dalam keadaan sehat dan normal, karena refleks isap memang sudah seharusnya dimiliki bayi sejak lahir. Itulah mengapa, bila bayi mau menyusu, puting susu ibu tak perlu dipaksa dimasukkan ke mulut bayi. Cukup pipinya digeser-geser dengan puting, maka bayi akan mencari arah puting.

Namun tak berarti semua bayi memiliki refleks isap yang baik, lo. Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K), ada beberapa bayi yang reflek isapnya rendah, yaitu bayi yang lahir prematur dan bayi sakit. "Pada bayi prematur, refleks mengisap jarinya lebih pelan ketimbang bayi sehat, karena pertumbuhannya yang belum terlalu sempurna." Sedangkan bayi sakit, misalnya, mengalami gangguan pernafasan berat. "Ini berarti bayi dalam kondisi lemah, sehingga refleks isapnya tak baik. Bayi yang demikian memerlukan selang karena ia tak bisa mengisap," lanjut guru besar FKUI ini.
KEBUTUHAN MENGISAP



Secara psikologis, menurut Dra. Betty DK. Zakianto. Msi, bayi mengisap jari karena lapar. Disamping bayi memang memiliki kebutuhan mengisap, dari lahir sampai usia 3 bulan. "Kebutuhan mengisap didapat bayi ketika menyusui namun kebutuhan ini bersifat individual. Artinya, masing-masing bayi memiliki kebutuhan mengisap yang berbeda-beda," terang psikolog pendidikan ini. Itulah mengapa, lamanya menyusui tak akan sama pada setiap bayi. Misalnya, ada bayi yang sudah puas mengisap selama 20 menit menyusui, namun ada yang baru merasa puas setelah 40 menit.

Selain itu, jarak waktu menyusui juga bisa berpengaruh. Bayi yang setiap 3 jam sekali diberi minum, misalnya, kebutuhan mengisapnya akan lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi minum 4 jam sekali. "Jadi makin sering bayi diberi kesempatan menyusu maka semakin sering pula bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya," lanjutnya.

Beberapa pakar pun mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih jarang mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. "Kalau ada bayi yang menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena waktu menyusu yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit, tapi ia hanya diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap." Waktu menyusu yang ideal, terang Betty, sekitar 30 sampai 40 menit. "Di atas 20 menit sebenarnya susu ibu sudah kosong, namun bayi tetap mengisap puting ibunya demi memenuhi kebutuhan mengisapnya."
SARUNG TANGAN ATAU EMPENG



Yang jadi masalah, orang tua suka risih melihat bayi mengisap jari. Takutnya, mengisap jari akan menjadi suatu kebiasaan sampai selepas masa bayi. Kalau sudah begitu, tentu akan sulit sekali untuk menghilangkannya. Lagi pula, jika kebiasaan ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan menghambat perkembangan gusi dan gigi.

Itulah mengapa, tak jarang orang tua memberikan alternatif solusi dengan memakaikan sarung tangan. Padahal, menurut Nartono, cara ini tak menyelesaikan masalah, malah dapat mengundang bahaya. "Bisa saja, kan, si bayi malah memasukkan sarung tangan itu ke mulut? Nah, jika sarung tangan itu diisap-isap terus, tentunya jadi basah. Dalam kondisi basah, kuman dan kotoran akan lebih mudah melekat. Jadi, sarung tangan malah berdampak buruk untuk bayi," terangnya.

Selain sarung tangan, kadang orang tua juga suka memberikan empeng/dot. Awalnya, sih, karena bayinya masih rewel padahal sudah diberi ASI. Mereka khawatir bila minumnya ditambah, si bayi malah jadi muntah karena overfeeding atau overload (terlalu banyak menyusu). Nah, agar si bayi tak rewel dan muntah, diberilah empeng / dot.

Berbeda dengan jari, menurut Nartono, empeng/dot tak begitu berpengaruh terhadap perkembangan gusi dan gigi, karena empeng tak sekeras jari. Selain itu, empeng/dot adalah benda di luar tubuh bayi, sehingga cara melepaskan kebiasaan mengempeng relatif lebih mudah dibandingkan bila jari yang diisap.

Tapi dengan mengempeng, berarti banyak udara yang masuk ke perut bayi sehingga bayi akan mudah kembung. Selain itu, dari segi higenis, empeng/dot bisa saja jatuh dan yang menjaga bayi malas mencucinya kembali. "Biasanya, bila empeng jatuh cukup dilap sebentar di baju si pengasuh, langsung dimasukan kembali ke mulut bayi. Nah, ini, kan, bisa jadi masalah tersendiri buat bayi."

Dengan kata lain, baik sarung tangan maupun empeng/dot, justru akan menimbulkan masalah baru bila digunakan sebagai pengganti jari.

Jadi, bagaimana, dong, sebaiknya?
BERHENTI SENDIRI



Menurut Betty, orang tua sebenarnya tak perlu terlalu cemas, karena kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun dengan catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan. "Jadi bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap jari, apalagi sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau dipaksakan, ia akan lebih frustrasi dan malah akan lebih giat mengisap jari demi mengatasi rasa frustrasinya." Lebih baik, saran Betty, biarkan dulu. "Orang tua perlu memberi toleransi agar bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya." Toh, nantinya kebiasaan itu akan berhenti sendiri.

Lagi pula, seperti telah dijelaskan di atas, mengisap jari merupakan pertanda si bayi sehat dan normal. Juga, merupakan salah satu kebutuhan bayi dari lahir sampai usia 3 bulan. Jadi, wajar saja. Bahkan, kata Betty, sampai usia 7 bulan pun, kebiasaan mengisap jari pada bayi masih dianggap wajar.

Lain halnya bila setelah usia 7 bulan bayi masih saja meneruskan kebiasaannya mengisap jari. "Orang tua sebaiknya mencari tahu penyebabnya," saran Betty. Mungkin bayi termasuk tipe yang memerlukan waktu lebih lama untuk menyusu. Jadi, cobalah perpanjang waktu menyusuinya. Toh, dia tak akan kekenyangan. Bukankah payudara sebenarnya sudah kosong?

Tapi bila cara tersebut tak juga menyelesaikan masalah, bahkan frekuensi mengisapnya malah jadi semakin sering, maka orang tua kembali harus mencari penyebabnya. "Bisa jadi bayi mencari pengganti sesuatu, lalu dia mendapatkan jempolnya sebagai benda penghiburnya. Bukankah jari merupakan benda yang paling dekat dengannya?"

Jika bayi memperoleh rasa nyaman dari jempolnya, lanjut Betty, bisa jadi dia mengalami rasa jemu, frustrasi, atau malah kecapekan. "Kasusnya hampir sama dengan bayi-bayi yang mencari rasa aman dari benda-benda di sekelilingnya, seperti selimut, bantal atau boneka."

Walau begitu, ingat Betty, tetap saja orang tua tak boleh memaksakan bayi untuk langsung menghentikan kebiasaannya. "Cobalah dengan mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang menarik dia. Misalnya, ciptakan permainan dengan tangan atau jari, seperti bermain tepuk tangan. Tentunya, permainan ini harus berkesan baginya." Bisa juga dengan memberikan mainan kesenangannya atau ganti dengan mainan yang khusus untuk digigit. Namun jangan lupa, pastikan mainan tersebut aman dan bersih.

Bila semua cara tersebut ternyata tetap tak membuahkan hasil, menurut Betty, orang tua sebenarnya juga tak perlu terlalu cemas selama tumbuh kembangnya normal. Jadi, meski bayi memiliki kebiasaan mengisap jari namun dia masih suka bermain dan ceria, ya, tak apa-apa. Tapi kalau dia mulai melamun dan sepanjang hari kegiatannya cuma mengisap jari, barulah orang tua boleh khawatir. Konsultasi dengan ahlinya merupakan alternatif yang terbaik bila orang tua tak jua bisa menemukan penyebabnya maupun mengatasinya.

sumber:sehatgroup.web.id & tabloid-nakita.com

Demam pada Anak : Fever is Functional

Demam merupakan salah satu masalah yang kerap djumpai dalam mengasuh dan membesarkan anak. Mengapa? Anak memang sangat rentan terhadap infeksi virus seperti pilek/flu/selesma. Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa anak kerap mengalami demam. Di lain pihak, bahayakah demam itu? Buruk benarkah demam itu? Rasanya tidak ada sesuatu yang 100% buruk atau yang 100% baik. Pasti ada maksudnya mengapa Tuhan mewujudkan fenomena demam ini. Bahwa ada ekses atau komplikasi, itulah hidup.
FEVER. Harmful?



Demam merupakan alasan terbanyak membawa anak ke dokter. Hal ini sedikit banyak merefleksikan kepanikan orang tua menghadapi masalah demam pada anak. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa program edukasi perihal demam membuat orang tua lebih rasional dalam menangani demam. Oleh karena itu, akan dibahas beberapa subtopik

* Mekanisme pengaturan suhu tubuh,
* Mekanisme terjadinya demam, serta
* Prinsip penanganan anak demam.

Setelah ini, diharapkan orang tua dapat menyikapi demam secara proporsional karena sesungguhnya demam itu suatu kondisi fungsional (Fever is functional), artinya, demam berfungsi membantu kita memerangi infeksi. Demam berfungsi sebagai alarm untuk memberitahukan bahwa sesuatu tengah terjadi di dalam tubuh kita.
IRRATIONAL USE OF DRUGS (IRUD)

Seluruh dunia, sudah sejak lama, sangat mengkhawatirkan pola pemberian obat – khususnya di negara sedang berkembang. Masalahnya memang sangat kompleks dan saling terkait antara pihak regulasi, prescriber (dokter), konsumen (pasien), dan industri obat. Paling tidak ada 2 masalah utama perihal IRUD yaitu polifarmasi dan pemberian antibiotik yANg berlebihan atau kurang pada tempatnya. Anak merupakan populasi yang paling terpapar pada obat – pada banyak obat (polypharmacy) dan kepada antibiotik. Tiga kondisi yang paling sering diterapi dengan antibiotik adalah demam, radang tenggorokan, dan diare.

Coba pelajari kartu berobat putra putri ibu, perhatikan, berapa kali dalam 1 tahun ibu membawa mereka berobat karena sakit. Berapa kali dari kunjungan itu, dimana ibu tidak memperoleh obat, tidak memperoleh antibiotik?

Padahal, kelompok yang rentan mengalami efek samping obat adalah mereka yang sangat tua dan mereka yang sangat muda (bayi dan anak-anak). Penelitian menunjukkan 3 alasan di pihak dokter yang terkait IRUD: Lack of confidence, tekanan dari konsumen, dan tekanan dari industri obat. Beberapa contoh perilaku konsumen yang tidak rasional.

* Bersikap pasrah dan tidak berpartisipasi aktif dalam urusan kesehatannya.
* Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa antibiotik adalah “obat dewa” – penyelamat jiwa. Apapapun sakitnya anak, HARUS diberi antibiotik.

Ketahuilah, bukan hanya pasien yang berada dalam posisi ketergantungan terhadap dokter, dokter juga sama dependent nya terhadap pasiennya. Pasien yang tidak rasional akan mendorong dokter untuk juga tidak rasional. Sudah terbukti bahwa perilaku konsumen kesehatan yang rasional dan kritis akan membantu peningkatan kualitas layanan kesehatan.
MEKANISME PENGATURAN SUHU TUBUH



Tubuh kita diperlengkapi dengan berbagai mekanisme pengaturan yang canggih termasuk perihal suhu. Pusat pengaturan suhu adalah hipotalamus (termostat), suatu bagian kecil di otak kita, dan pusat pengaturan suhu tubuh itu disebut dengan SET POINT. Mekanisme pengaturan ini mempertahankan suhu tubuh kita agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37C (homotermal)

Bagaimana persisnya suhu di atur? Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan dari suhu darah yang beredar di tubuh kita. Tergantung dari input ini lah maka termosat akan membentuk panas atau justru membuang panas.
MEKANISME PENGATURAN OLEH HYPOTHALAMUS

* Bila suhu di luar dingin: hipotalamus membuat program agar kita tidak kedinginan yaitu dengan menaikkan set pointnya alias menaikkan suhu tubuh dengan menggigil dan dengan mengerutkan pembuluh darah. Di musim dingin, kita akan menggigil dan tampak pucat.
* Bila suhu di luar panas: hipotalamus harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heat stroke. Caranya? Dengan mengeluarkan panas tubuh melalui upaya penguapan seperti berkeringat, pelebaran pembuluh darah, dan pernafasan yg lebih cepat. Oleh karena itu, pada saat kita kepanasan, selain berkeringat, kita juga tampak “merah”/ flushing.



Kalau ada mekanisme pengaturan suhu yang canggih, mengapa kita bisa demam? Apa sebenarnya demam itu?
FEVER AND FIGHTING FOR INFECTION (DEMAM SEBAGAI SALAH SATU CARA MEMERANGI INFEKSI)



Demam adalah kondisi dimana otak mematok suhu di atas seting normal yaitu di atas 38C. Namun demikian, beberapa buku menyatakan bahwa demam adalah suhu tubuh > 38.5C untuk waktu minimal 24 jam. Akibat tuntutan peningkatan seting tersebut maka tubuh akan memproduksi panas. Proses pembentukan panas itu terdiri dari tiga fase. Fase pertama, menggigil dan berlangsung sampai suhu tubuh mencapai puncaknya;lalu suhu menetap (fase kedua) dan baru akhirnya suhu turun (fase ketiga).

Bagaimana dan mengapa timbul demam? Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan pirogen (zat pencetus panas). Apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan pirogen? Banyak hal, antara lain infeksi, radang, keganasan, alergi, teething, dan lain lain. Sebelumnya akan diklarifikasi 3 terminologi.
INFLAMMATION - FEVER



Pertama, RADANG. Apakah radang itu? Infeksikah?

Dalam bahasa inggris, radang adalah INFLAMMATION, bukan infection. Dengan demikian, radang bisa disebabkan oleh infeksi tetapi bisa juga bukan karena infeksi. Bila radang disebabkan oleh infeksi, maka hal itu bisa infeksi kuman (bakteria) atau karena infeksi virus, jamur, parasit; tetapi kebanyakan infeksi pada bayi dan anak disebabkan oleh virus. Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan “program” di dalam tubuh dimana organ tubuh dikira sebagai “musuh” dan diserang oleh sistem imun.

Kedua, Infeksi itu apa? Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisms atau mahluk hidup yang sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya micro-organisms tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan tubuh kita. Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik tersebut bisa kuman/bakteri, bisa virus, jamur.

Ketiga, DEMAM. Apakah demam itu PENYAKIT ATAU GEJALA? Demam bukan penyakit, demam adalah gejala bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam tubuh kita. Batuk, muntah, diare juga bukan penyakit, melainkan gejala. Berhadapan dengan gejala-gejala tersebut, yang terpenting adalah mencari tahu APA PENYEBABnya.

Apakah DEMAM ITU PASTI INFEKSI? Belum tentu, tetapi umumnya demam disebabkan oleh infeksi. Pada bayi dan anak kebanyakan penyebab demam adalah infeksi virus.

Mengapa kalau infeksi harus demam? Sudah terbukti bahwa demam sengaja dibuat oleh tubuh kita sebagai upaya membantu tubuh menyingkirkan infeksi.
INFECTION, FEVER, ANTI FEVER DRUGS



Pada saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi tersebut. Caranya? Dengan mengerahkan sistem imun. Pasukan komando untuk melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen membawa 2 misi:

* Mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi
* Menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah.

Dimana peran obat penurun panas? Obat penurun panas, bekerja menghambat ensim Cox (cyclo-oxygenase) sehingga pembentukan prostaglandin terganggu dan selanjutnya menyebabkan terganggunya peningkatan suhu tubuh. Obat penurun panas samasekali tidak mengobati si penyebab demam itu sendiri.

Di kotak sebelah kiri tertulis beberapa contoh obat-obatan yang justru dapat meningkatkan suhu tubuh seperti obat anti-kanker, antibiotik tertentu (ampicillin, clox, tetra, lincomycin, Bactrim, Septrim, INH, Flagyl), Cimetidine, Primperan
TAKING YOUR CHILD’S TEMPERATURE



Dalam membesarkan anak, orang tua pasti berhadapan dengan masalah demam. Sebaiknya, orang tua memilki termometer untuk mengetahui persis apakah anaknya demam atau tidak. Sebaiknya, kita tidak menentukan anak demam atau tidak semata-mata berdasarkan perabaan saja, karena tidak tertutup kemungkinan perabaan tangan kita bisa menyesatkan. Suhu tubuh bisa saja meningkat saat suhu di luar tinggi, atau anak bermain dengan aktivitas fisik yang tinggi. Sebaliknya, anak yang dehidrasi akan teraba dingin meski suhu di dalam tubuh meningkat.

Saat ini tersedia berbagai pilihan termometer yang dapat dipergunakan orang tua. Selain termometer kaca dengan merkuri, tersedia termometer digital, termometer untuk liang telinga, dan termometer fleksibel untuk ditempelkan di dahi. Bagaimana memilih termometer? Sebenarnya termometer kaca merkuri sangat akurat dan tidak mahal, tetapi atas dasara pencemaran lingkungan (bila termometer pecah), dianjurkan untuk tidak lagi dipergunakan. Alternatif yang aman dan akurat adalah termometer digital yang bisa dipergunakan di mulut, dimasukkan melalui anus (secara rektal), atau di ketiak. Alternatif lainnya adalah termometer telinga (tympanic thermometer) yang pemakaiannya mudah dan dengan cepat dapat mengukur temperatur di dalam liang telinga. Namun demikian, pengukuran termometer telinga tidak dianjurkan untuk bayi berusia kurang dari 3 bulan. Termometer dahi dalam bentuk lempengan plastik dapat dipakai menentukan ada tidaknya demam tetapi tidak akurat untuk menentukan temperatur secara tepat. Apapun tipe termometer yang dipergunakan, jangan mengukur suhu tubuh segera setelah mandi karena hasil pengukurannya akan terpengaruh.

Bagaimana cara pengukuran yang baik? Bayi dan anak berusia kurang dari 4 tahun belum bisa bekerjasama sehingga jangan lakukan pengukuran suhu di dalam mulut. Pada kelompok usia tersebut, pengukuran termometer dilakukan secara rektal, di ketiak, atau di telinga dengan termometer telinga. Pada anak yang lebih besar, pengukuran dapat dilakukan baik melalui rektal, ketiak, telinga, maupun mulut. Namun demikian, bila anak pilek hebat dan hidungnya tersumbat maka dia tidak bisa menutup mulutnya (karena ia bernafas melalui mulut), sebaiknya pergunakan pengukuran ketiak, telinga atau rektal.
Mengukur temperatur rektal

* Lumasi ujung termometer dengan jelly pelicin yang larut air (jangan pergunakan petroleeum jelly seperti vaselline)
* Baringkan anak di pangkuan anda atau di atas tempat yang rata dan agak keras
* Satu tangan memegang bagian bawah pantat anak agar tidak bergerak-gerak. Tangan yang lain memasukkan termometer melalui anus sejauh 1 – 2 cm, tetapi bila terasa ada tahanan, jangan masukkan lebih jauh dari 1 cm.
* Termometer dikepit di antara dua jari saat bagian tangan anda yang lain memegang pantat anak. Tenangkan anak/bayi, ajak bicara sambil anda memegang termometer tersebut.
* Tunggu sampai terdengar nada “beep” dan bacalah angka yang tertera


Mengukur temperatur di dalam mulut (oral)

* Bila anak baru saja minum atau makan, tunggu 20 - 30 menit sebelum mengukur temperatur di dalam rongga mulut.
* Pastikan tidak ada makanan, permen, dan lain-lain di dalam mulut anak anda
* Letakkan ujung termometer di bawah lidah, minta anak untuk mengatupkan bibirnya di sekeliling termometer. Ingatkan dia untuk tidak menggigit termometer atau berbicara saat ada termometer di dalam mulutnya. Minta anak untuk relaks dan bernafas biasa melalui hidung.
* Setelah terdengar nada beep, baca angka yang tertulis


Mengukur temperatur di ketiak

* Buka baju anak dan dalamannya (termometer harus menyentuh kulit, bukan baju)
* Taruh termometer di ketiak, lipat tangan anak serongkan ke dada sehingga termometer terjepit
* Tunggu sampai terdengar nada “beep”. Baca angka yang tertera. Jangan lupa untuk membaca tanggal saat pengukuran dilakukan.

COMPLICATIONS



Sudah jelas, demam itu umumnya justru dibutuhkan sebagai salah satu bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi. Tetapi apakah ada sisi negatifnya? Tidak sedikit yg mengganggap demam sebagai momok yang menakutkan.

Kerugian yang bisa terjadi akibat demam:

* Dehidrasi – karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
* Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat. Umumnya TIDAK BERBAHAYA, tidak menyebabkan KERUSAKAN OTAK.

Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang. Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak menggigil karena suhu demamnya akan meningkat.

Orang tua juga sering sulit membedakan antara kejang demam/steup dengan kejang akibat infeksi otak. Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap, setelah kejang, anak segera sadar. Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya kaku, dan anak tetap tidak sadar sekalipun kejang sudah berhenti..

Sebaiknya orang tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop. Tidak jarang, akibat penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya hanya berlangsung dalam detik atau menit.
PRINCIPLES IN FEVER MANAGEMENT



Apa yang terpenting dalam menghadapi anak demam? Mencari tahu apa penyebab panasnya. Dengan mengetahui permasalahan, maka kita dapat bertindak secara rasional.

Berikut ini adalah prinsip utama tatalaksana demam – sesuai panduan Mayo Clinic USA:

* Orang tua tidak perlu panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu tidak terlalu tinggi anak masih tetap aktif, masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.
* Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi
* Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi
* Mengetahui kapan harus cemas dan harus menghubungi dokter

GUIDELINES



American Academy of Pediatrics – membuat rekomendasi penanganan demam yang dapat dilihat di sini.
TREATING FEVER



* Panduan praktis menangani anak demam:
* Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak memakai baju yang tidak tebal
* Ekstra cairan, Minum sering:
* Air, air sup, jus buah segar yang dicampur air, es batu, es krim
* Bila sering muntah atau diare, beri minuman elektrolit: pedialyte, oralit
* Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa. Hindarkan makanan yang berlemak, makanan yang sulit dicerna.
* Tepid sponging (kompres air hangat)

Anak tidak masuk sekolah, tetapi bukan berarti harus di tempat tidur seharian.




SPONGING TO EASE FEVER (kompres hangat untuk menurunkan demam)



Tidak jarang orang tua terperangah bila saya tidak memberikan obat dan menyatakan cukup kompres saja. Kompres hangat akan menurunkan suhu anak dalam waktu 30 – 45 menit. Oleh karena itu, lakukanlah kompres hangat bila suhu anak sangat tinggi, atau anak muntah-muntah sehingga tidak dapat meminum obat, pernah kejang demam atau ada anggota keluarga dekat yang pernah kejang demam. Kompres hangat ini juga membantu anak agar lebih comfortable.

Bagaimana cara mengompres anak demam?

* Taruh anak di bath tub/ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30 - 32C; atau
* Usapkan air hangat di sekujur tubuh bayi/anak
* Bila anak menolak, suruh duduk di ember/bath tub, beri mainan, ajak bermain

FEVER MEDICATION (OBAT DEMAM)



Sebelumnya sudah dikemukakan mekanisme kerja obat penurun demam dan kapan obat ini diberikan. Ada berapa macam obat penurun panas? Tabel di bawah menunjukkan beberapa obat demam yang tersedia di Indonesia.


IbuProphen


Acetaminophen


Acetosal


Metamizole

Efek


NYERI, demam, fever
Inflamasi


DEMAM, nyeri


Nyeri demam


Nyeri, demam, inflamasi

Dosis


5 - 10 mg/kg


10 - 15 mg/kg




Efek samping


Iritasi lambung/
saluran cerna (Perdarahan),
Gangguan ginjal,
Jangan berikan bila
Anak muntah2 dan
atau diare


Bila overdosis,
dapat menyebabkan
kerusakan hati


Sindrome Reye (gangguan otak dan hati), iritasi lambung
Tidak dianjurkan :
Anak < 16 thn,
Infeksi virus


Bonne marrow suppression
Reaksi alergi

TIPS:

* Jangan berikan 2 obat demam misalnya acertaminophen dengan ibuprofen atau acetaminophen dengan aspirin.
* Sebaiknya jangan campur acetaminophen dengan phenobarbital (luminal). Dulu, tujuan pemberian fenobarbital untuk mencegah kejang demam, padahal kejang demam tidak dapat dicegah. Di lain pihak, fenobarbital menekan ensim hati yang kerjanya menetralisir acetaminophen sehingga kadar acetaminophen di darah akan meningkatkan dan meningkat pula risiko intoksikasi acetaminophen.
* Jangan berikan aspirin (ASETOSAL/ASPILET) pada anak < 12 tahun. Pada infeksi virus, aspirin akan meningkatkan risiko SINDROM REYE, suatu kondisi berat yang mmenyebabkan gagal hati dan penurunan kesadaran.

PERDARAHAN SALURAN CERNA AKIBAT OBAT DEMAM



Pada dasarnya tidak ada obat yang tidak berisiko menimbulkan efek samping. Pemberian obat demam bisa menimbulkan efek samping mulai dari nyeri dan perdarahan lambung (yang paling kerap), hepatitis (kerusakan sel hati yang ditandai dengan peningkatan ensim SGOT dan SGPT, pembengkakan dan rasa nyeri di daerah hati), gangguan pada sumsum tulang (produksi sel darah merah, sel darah putih dan sel trombosit tertekan), gangguan fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan kabur, penglihatan ganda (diplopia), mengantuk, lemas, merasa cemas, dan sebagainya

Risiko efek samping perdarahan saluran cerna misalnya, akan meningkat bila kita memakai lebih dari satu obat (misalnya parasetamol dengan aspirin atau parasetamol dengan ibuprofen), pemakaian jangka panjang, atau pemakaian bersama dengan steroid. Dxi lain pihak, faktor indiv idu juga bisa meningkatkan risiko efek samping ini seperti manula, perempuan, peminum alkohol atau perokok, peminum kopi. Risiko perdarahan juga akan meningkat biloa ybs sebelumnya memang sudah menderita tukak lambung atau bila ada riwayat perdarahan pada keluarga.
SHOULD IT BE TREATED?



Umumnya, demam bukan merupakan kondisi yang membahayakan jiwa. Demam justru merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang membantu kita membasmi infeksi, yang paling penting adalah mencari tahu penyebab demam dan memahami saat kapan orang tua harus mengontak dokter anaknya.

Bila demam tidak tinggi, jangan berikan obat demam, tidak perlu dikompres, minum banyak saja. Obat demam dan kompres hangat hanya diberikan bila demam tinggi atau anak merasa “uncomfortable”. Upaya yang penting lainnya adalah mencegah komplikasi dehidrasi dengan memberikan anak minum lebih dari biasanya.
HIPOCRATES



“Heat is the immortal substance of life – endowed with intelligence.

However, heat must also be refrigerated by respiration and kept within bounds if the source of the principle of life is to persists; For if refrigeration is not provided, the heat will consume itself”
FINAL MESSAGE



Salah satu tugas dokter adalah kegiatan promotif edukatif sehingga konsumen kesehatan menyadari bahwa upaya perawatan kesehatan merupakan tanggung jawab mereka pula, bahwa menjadi konsumen kesehatan yang baik menempatkan dirinya sebagai partner dokter antara lain dengan senantiasa mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan mereka, sehingga bisa bersikap rasional. Termasuk perihal demam pada anak.

Konsumen kesehatan yang rasional mengetahui mekanisme terjadinya demam. Juga mengetahui bahwa yang terpenting adalah mengetahui penyebab demamnya, menyadari bahwa obat tidak selalu merupakan jawaban atas gangguan kesehatan yang sedang dialami karena tahu bahwa pada dasarnya semua obat dapat meracuni tubuh. Konsumen kesehatan yang rasional tidak akan menuntut obat untuk setiap gejala kesehatan yang dialami (jauhi konsep – a pill for an ill).


sumber: Purnamawati Sujud Pujiarto Dr, SpAK, MMPed & sehatgrpoup.web.id

Bayi Tak Butuh "Kehangatan" Berlebihan

Niat mulia tak selamanya berbuah positif. Memberi kehangatan berlebihan pada bayi, misalnya, bisa jadi bumerang. Selama ini orangtua begitu takut bayinya kedinginan, sehingga merasa perlu mempersenjatai putra-putri tersayang dengan baju hangat, selimut, topi, sarung tangan, sampai kaus kaki tebal. Bahkan ada orangtua yang sampai menutup rapat-rapat pintu, jendela, lubang angin, melarang pemakaian kipas angin, mematikan AC hanya agar bayinya selamat dari bahaya "masuk angin".

Tak ketinggalan, kebiasaan membaluri minyak telon atau minyak kayu putih di tubuh bayi. Padahal di samping bikin kepanasan, minyak-minyak itu juga bisa mengubah kulit bayi menjadi kehitaman dan hangus. Pendek kata, banyak orangtua tak sadar, kepungan "sarana dan prasarana penghangat" justru menjadi penyebab bayi menangis lantaran kegerahan.

Gerah membuat bayi banyak mengeluarkan keringat, sehingga kehilangan banyak air dengan garam-garamnya. Alhasil, dia jadi gampang haus, badan lemah sehingga mudah terkena batuk-pilek. Jadi, banyak orangtua (mungkin termasuk Anda) selama ini memperlakukan bayinya secara salah alias salah kaprah? Begitulah kira-kira. Mengapa? Karena bayi punya jaringan asam cokelat!
Begini penjelasannya



Setiap manusia butuh energi untuk melakukan beragam aktivitas. Energi itu datang dari hasil pembakaran gula, lemak, maupun protein. Kelebihan gula dalam darah, misalnya, diubah oleh hormon insulin menjadi glikogen, sehingga kadar gula darah tetap dalam batas-batas normal. Glikogen ini menjadi cadangan energi yang terutama disimpan di dalam otot, jantung, dan hati.

Cadangan energi glikogen hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh selama 24 jam. Hal ini berbeda dengan cadangan energi dari lemak yang dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh selama beberapa pekan. Karena tidak larut dalam air, pembakaran lemak jadi lebih stabil dan lebih dapat diandalkan ketimbang pembakaran gula yang larut dalam air. Itu sebabnya, jika ada beban pekerjaan nan berat, jantung dan otot lebih banyak memakai energi dari lemak.

Selanjutnya, kelebihan lemak dalam darah akan disimpan di jaringan lemak. Jaringan lemak sendiri ada dua macam. Pertama, jaringan lemak putih yang menyimpan lemak dalam selnya, dan tersebar di seluruh tubuh, terutama rongga perut dan jaringan di bawah kulit. Kedua, jaringan lemak cokelat, terutama terdapat pada bayi yang lahir cukup bulannya dan terbatas ada di jaringan bawah kulit leher dan punggung.

Jaringan lemak cokelat ini makin berkurang dan menyusut pada anak yang lebih besar dan hanya tertinggal sedikit pada orang dewasa. Dia bisa membuang kelebihan energi, misalnya akibat makan berlebihan, dengan membakarnya menjadi panas. Keistimewaan lain, selnya dapat menyimpan sampai 40% lemak bayi. Kenaikan suhu tubuh oleh jaringan ini bisa mencapai tiga kali lipat ketimbang kenaikan suhu yang disebabkan aktivitas olahraga.

Jelas sudah, dengan bekal jaringan lemak cokelatnya, bayi tidak mudah kedinginan. Sebaliknya, mudah kepanasan. Dibandingkan dengan orang dewasa muda, daya tahan bayi terhadap udara dingin lebih tinggi sekitar 50C. Jadi, jika orang dewasa sudah menggigil pada suhu 20 derajat C, bayi tidak merasakan hal yang sama. Buat bayi suhu 20 derajat C setara dengan 25 derajat C. Sebaliknya, suhu 25 derajat C yang cukup dingin buat orang dewasa bisa bikin bayi kegerahan. Sebab, 25 derajat C-nya orang dewasa sama dengan 30 derajat C-nya bayi.

Itu sebabnya, meski berada di ruang ber-AC, bayi belum tentu kedinginan. Juga tak perlu dipanasi dengan minyak telon atau minyak kayu putih. Susu pun tidak perlu selalu dicampur air hangat. Bayi berumur beberapa bulan bahkan lebih suka susunya didinginkan di lemari es. Kalau boleh memilih, bayi pasti lebih suka mandi dengan air dingin, apalagi kalau udara sedang panas. Kesimpulannya, jangan membandingkan kondisi bayi dengan kita, orang dewasa!
sumber:(intisari & sehatgroup.web.id)

Antibiotik & Kekebalan Tubuh pada Anak

ULASAN mengenai perlunya mewaspadai penggunaan antibiotik secara tidak rasional sudah sering dibahas. Akan tetapi, bagaimanapun, "kampanye" memerangi penggunaan antibiotik secara irasional itu masih kalah marak dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Anak-anak termasuk bayi adalah golongan usia yang secara tidak langsung kerap menjadi obyek "ceruk pasar" dari berbagai produk antibiotik yang diresepkan dokter. Hingga hari ini pun sebagian dokter masih kerap menunjukkan sikap ketidaksukaan jika menghadapi pasien cerewet alias kritis. Masih banyak pula pasien-yang notabene konsumen medis- segan banyak bertanya kepada dokter, dan memilih manggut-manggut saja jika diberi obat apa pun oleh dokter.

"Sebenarnya kan lucu jika kita tidak tahu apa sebenarnya yang kita bayar. Terlebih yang kita bayar itu untuk dikonsumsi oleh anak kita yang merupakan amanat Tuhan. Ketidaktahuan ini sering kali dibiarkan oleh kalangan medis, malah kerap dimanfaatkan," ujar dr Purnamawati S Pujiarto, SpAK, MMPed, yang aktif mengedukasi para orangtua dalam mengonsumsi produk dan jasa medis, termasuk melalui milis (mailing list).

Seperti dipaparkan Purnamawati, antibiotik berasal dari kata anti dan bios (hidup, kehidupan). Dengan demikian, antibiotik merupakan suatu zat yang bisa membunuh atau melemahkan suatu makhluk hidup, yaitu mikro-organisme (jasad renik) seperti bakteri, parasit, atau jamur. Antibiotik tidak dapat membunuh virus sebab virus memang bukan "barang" hidup. Ia tidak dapat berkembang biak secara mandiri dan membutuhkan materi genetik dari sel pejamu, misalnya sel tubuh manusia, untuk berkembang biak.

Sementara masih kerap terjadi, dokter dengan mudahnya meresepkan antibiotik untuk bayi dan balita yang hanya sakit flu karena virus. Memang gejala yang menyertai flu kadang membuat orangtua panik, seperti demam, batuk, pilek.
antibiotik yang dianggap sebagai "obat dewa". Pasien irasional seperti ini seperti menuntut dokter menjadi tukang sihir. Padahal, antibiotik tidak mempercepat, apalagi melumpuhkan, virus flu.

"Orangtua sebagai yang dititipi anak oleh Tuhan harusnya tak segan-segan bertanya sama dokter. Apakah anaknya benar-benar butuh antibiotik?
Bukankah penyebabnya virus? Tanyakan itu kepada dokter," kata Purnamawati tegas. Namun, kadangkala menghadapi orangtua yang bersikap kritis, sebagian dokter beralasan antibiotik harus diberikan mengingat stamina tubuh anak sedang
turun karena flu. Jika tidak diberi antibiotik, hal itu akan memberi peluang virus dan kuman lain menyerang.

Mengenai hal itu, Purnamawati menanggapi, "Sejak lahir kita sudah dibekali dengan sistem imunitas yang canggih. Ketika diserang penyakit infeksi, sistem imunitas tubuh terpicu untuk lebih giat lagi. Infeksi karena virus hanya bisa diatasi dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh dengan makan baik dan istirahat cukup, serta diberi obat penurun panas jika suhunya di atas 38,5 derajat Celsius. Jadi, bukan diberi antibiotik. Kecuali kalau kita punya gangguan sistem imun seperti terserang HIV. Flu akan sembuh dengan sendirinya, antibiotik hanya memberi efek plasebo (bohongan)."

Hal senada juga secara tegas dikatakan farmakolog Prof dr Iwan Darmansjah, SpFk. "Antibiotik yang diberi tidak seharusnya kepada anak malah merusak sistem kekebalan tubuhnya. Yang terjadi anak malah turun imunitasnya, lalu
sakit lagi. Lalu jika dikasih antibiotik lagi, imunitas turun lagi dan sakit lagi. Terus begitu, dan kunjungan ke dokter makin sering karena anak tambah mudah sakit," ujar Iwan.

PURNAMAWATI menggarisbawahi, antibiotik baru dibutuhkan anak ketika terserang infeksi yang disebabkan bakteri.
Contoh penyakit akibat infeksi bakteri adalah sebagian infeksi telinga, infeksi sinus berat, radang tenggorokan akibat infeksi kuman streptokokus, infeksi saluran kemih, tifus, tuberkulosis, dan diare akibat amoeba hystolytica. Namun jika antibiotik digunakan untuk infeksi yang nonbakteri, hal itu malah menyebabkan berkembang biaknya bakteri yang resisten.

"Perlu diingat juga, untuk radang tenggorokan pada bayi, penelitian membuktikan 80-90 persen bukan karena infeksi bakteri streptokokus, jadi tidak perlu antibiotik. Radang karena infeksi streptokokus hampir tidak pernah terjadi pada usia di bawah dua tahun, bahkan jarang hingga di bawah empat tahun," kata Purnamawati.

Beberapa keadaan yang perlu diamati jika anak mengonsumsi antibiotik adalah gangguan saluran cerna, seperti diare, mual, muntah, mulas/kolik, ruam kulit, hingga pembengkakan bibir, kelopak mata, hingga gangguan napas. "Berbagai penelitian juga menunjukkan, pemberian antibiotik pada usia dini akan mencetuskan terjadinya alergi di masa yang akan datang," kata Purnamawati tandas.

Kemungkinan lainnya, gangguan akibat efek samping beberapa jenis antibiotik adalah demam, gangguan darah di mana salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah menurun. Lalu, kemungkinan kelainan hati, misalnya antibiotik eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, sulfonamid. Golongan amoxycillin clavulinic acid dan kelompok makrolod dapat menimbulkan allergic hepatitis. Sementara antibiotik golongan
aminoglycoside, imipenem/meropenem, ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Jika anak memang memerlukan antibiotik karena terkena infeksi bakteri, pastikan dokter meresepkan antibiotik yang hanya bekerja pada bakteri yang dituju, yaitu antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum antibiotic). Untuk infeksi bakteri yang ringan, pilihlah yang bekerja terhadap bakteri gram positif, sementara infeksi bakteri yang lebih berat (tifus, pneumonia, apendisitis) pilihlah antibiotik yang juga membunuh bakteri gram negatif. Hindari pemakaian salep antibiotik (kecuali infeksi mata), serta penggunaan lebih dari satu antibiotik kecuali TBC atau infeksi berat di rumah sakit.

Jika anak terpaksa menjalani suatu operasi, untuk mencegah infeksi sebenarnya antibiotik tidak perlu diberikan dalam jangka waktu lama. "Bahkan pada operasi besar seperti jantung, antibiotik cukup diberikan untuk dua hari saja," ujar Iwan. Purnamawati menganjurkan, para orangtua hendaknya selalu memfotokopi dan mengarsip segala resep obat dari dokter, dan tak ada salahnya mengonsultasikan kepada ahli farmasi sebelum ditebus.

Sejak beberapa tahun terakhir, sudah tidak ditemukan lagi antibiotik baru dan lebih kuat. Sementara kuman terus menjadi semakin canggih dan resisten akibat penggunaan antibiotik yang irasional. Inilah yang akan menjadi masalah besar kesehatan masyarakat. Antibiotik dalam penggunaan yang tepat adalah penyelamat, tetapi jika digunakan tidak tepat dan brutal, ia akan menjadi bumerang. "Antibiotik seperti pisau bermata dua. Untuk itu, media massa berperan besar menginformasikan hal ini dan tidak perlu khawatir jika industri farmasi ngambek tak mau beriklan," tutur Iwan.
sumber:kompas

Wanita Menopause Lebih Cepat Terserang Penyakit?

Apakah wanita yang sudah menopouse akan lebih cepat terserang penyakit dan cepat lelah?

Pada saat menopause, wanita mengalami kondisi di mana hormon seksual (terutama estrogen dan progesteron) yang sebelumnya diproduksi menjadi tidak diproduksi lagi. Konsekuensi dari tidak diproduksinya lagi hormon-hormon ini adalah terjadinya penyakit-penyakit inflamasi yang bersifat kronik, seperti penyakit jantung, kanker, osteoporosis, Alzhaimer, dan penyakit autoimun.

Sebelum masa menopause, kadar estrogen seimbang dan inflamasi/radang yang terjadi umumnya sedang-sedang saja dan tubuh pada dasarnya berfungsi secara efektif untuk mencegah masuknya kuman-kuman yang merugikan. Hal ini akan berangsur-angsur berubah seiring dengan berhentinya produksi estrogen pada masa menopause.

Penelitian membuktikan, pada wanita dengan kadar estrogen yang rendah seperti pada wanita menopause lebih berisiko terhadap terjadinya proses inflamasi kronik. Beberapa teori mengatakan hubungannya adalah dengan rendahnya produksi estrogen, menyebabkan penambahan berat badan yang berarti bertambahnya jumlah sel lemak. Sel lemak memproduksi "protein cytokines" yang bersifat pro-inflamasi. Dengan bertambahnya jumlah sel lemak maka protein cytokine ini juga bertambah dan berisiko dengan semakin mudahnya terpapar infeksi yang bersifat kronik.

Tanda dan gejala yang menyertai menopause:

1. Rasa panas di muka (tiba-tiba panas dan berkeringat).
2. Sakit kepala, pelupa, lekas marah.
3. Perasaan cemas gelisah.
4. Jantung berdebar-debar.
5. Gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah.
6. Tulang-tulang sakit, nyeri sendi, nyeri tulang belakang.
7. Kesemutan ditangan dan kaki.
8. Kulit mulai keriput, rambut mulai rontok.
9. Produksi cairan vagina berkurang sehingga sakit saat senggama.
10. Libido seks terganggu, konsentrasi terganggu.
11. Kurang percaya diri.
12. Kadar kolesterol meningkat dalam darah.

Jadi, jika dibandingkan dengan wanita yang belum menopause, wanita yang sudah menopause memang akan lebih mudah terserang penyakit seperti penyakit jantung, kanker, osteoporosis, Alzhaimer, dan penyakit autoimun.

Apakah akan cepat lelah? Karena pada wanita menopause biasanya mengalamai insomnia (sulit tidur), keringat, dan kepanasan di malam hari, hal ini akan mengganggu istirahat/tidur di waktu malam. Akibatnya pada siang hari akan terjadi kelelahan. Penyebab lainnya juga bisa akibat reaksi hormonal yang menyebabkan perubahan metabolisme tubuh.

Pencegahan yang bisa dilakukan adalah:

1. Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat anti-inflamasi, seperti whole grain, buah-buahan, ikan, sayuran berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan minyak zaitun. Hindari konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti margarin.
2. Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi jumlah deposit lemak.
3. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena bersifat pro-inflamasi dan merusak jaringan yang sehat.
4. Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5. Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses inflamasi kronik.

Meskipun terlihat ada hubungan antara menopause dengan proses peradangan, namun hal ini tentunya masih harus dipelajari lebih lanjut untuk lebih membuktikan hubungannya.
sumber:info-sehat.com